Islamic Activist Training GEMA Pembebasan Bandung

Dunia kampus mulai diramaikan kembali dengan aksi Gerakan Mahasiswa Pembebasan Bandung (GP Bandung). Kali ini mereka menggelar acara Islamic Activist Training Gerakan Mahasiswa Pembebasan dengan tema “Menjadi Mahasiswa Ideologis dan Revolusioner Bukan Pragmatis”, minggu (30/9).

Acara tersebut dihadiri sekitar 30 mahasiswa, terselenggara di Sekretariat GP Jawa Barat yang bertempat di Jl. Gumuruh No. 34 Bandung. Berdasarkan informasi yang didapat dari salah seorang aktivist GEMA Pembebasan - Dhani Kusumawardana - tujuan terselenggaranya acara tersebut adalah memperkenalkan GEMA Pembebasan kepada mahasiswa yang tertarik untuk mengetahui lebih lebih jauh serta untuk memberikan gambaran bagaimana menjadi mahasiswa ideologis dan revolusioner bukan pragmatis.

Dari pemaparan kang Ipank Fatin A (koordinator GP Wilayah Jawa Barat) selaku pemateri, mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang mempunyai andil besar dalam menuju perubahan karena sejatinya mahasiswa memiliki banyak potensi dilihat dari segi umur, struktural dan juga intelektual. Selain itu, beliau juga memaparkan bagaimana sejarah pergerakan mahasiwa dari masa sebelum kemerdekaan sampai saat ini, gambaran gerakan saat ini, problem kekinian kampus, seputar gerakan mahasiswa muslim, tantangan perjuangan saat ini, bagaimana mewujudkan pribadi dan tim ideologis, bagaimana membangun misi perubahan, misi pembebasan umat, bagaimana memimpin aksi cerdas tanpa lelah untuk perubahan dan yang terakhir menyeru kepada mahasiswa bahwa inilah saatnya untuk menjadikan islam sebagai mainstream perjuangan dan satu-satunya solusi menuju Indonesia lebih baik.

“Karakter dasar gerakan adalah dinamisasi gerak tiada henti menuju tujuan” Ujar kang Ipank.

Untuk mencapai hal tersebut, GEMA Pembebasan memandang bahwa ada 2 tipologi yang harus dimiliki oleh gerakan mahasiswa, kejelian menganalisis kondisi faktual dan kejelian merumuskan kondisi ideal. Apabila gerakan mahasiswa ingin membuat perubahan maka gerakannya tidak hanya sekedar gerakan moral tetapi harus merekonstruksi menjadi gerakan ideologis (islam) kuat.